Featured post

Cara Instalasi Software Pemetaan ArcGIS 9.X

Bagi orang yang menggeluti dunia survey dan pemetaan, salah satu tools atau alat yang wajib dimiliki dan dikuasi adalah software ArcGIS...

Wilayah Pemasaran dan Strategi Pembangunan Ekonomi

Para ahli ekonomi memahami adanya hubungan anatara masyarakat dan kenyamanan wuatu wilayah. Hubungan anatara kota atau wilayah dengan kesempatan ekonomi pembangunan. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana pilihan suatu lokasi perusahaan dapat menentukan formasi suatu kota yang dihubungkan kedalam dengan jaringan kota. Dimana pemikiran sistem perkotaan dibangun berdasarkan pada konsep ekonomi. Selain itu pada bagian ini juga akan dibahas beberapa kecenderungan yang mempengaruhi pembangunan kota.
Pertama, perintaan suatu produk digambarkan dalam konteks spasial. Persaingan diantara produsen dipengaruhi oleh ukuran wilayah pasar. Wilayah pemasaran untuk memasarkan barang dan jasa dalam suatu kota pada gilirannya menentukan wilayah pinggiran (hinterland) nya. Selanjutnya dijelaskan teori pusat kota (central-place theory), yang menunjukan bagaimana produsen yang menempatkan wilayah pemasarannya secara terpusat berkontribusi pada pembangunan sistem kota yang berhirarki. Kemudian dibahas pula evaluasi mengenai central-place theory. Dan pada bagian akhir dibahas beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menghitung perluasan wilayah pemasaran dan strategi pengembangan wilayah pingiran (hinterland).

Permintaan dan Wilayah Pemasaran
Wilayah pemasaran adalah suatu wilayah diamana suatu produk dapat dijual. Pada bagian ini menganalisis sifat alami dari wilayah pemasaran. Setelah itu, dengan didasarkan pada implikasi keterbatasan model, asumsi akan dihubungkan dengan pemahaman ketidak teraturan geografis.
Sifat alami dari wilayah pemasaran dapat dengan mudah difahami dengan menganalisis permintaan dengan cara spasial. Analisis permintaan tradisional seringkali digambarkan dalam kurva permintaan yang ditunjukan dengan jumlah barang yang dibutuhkan dan dapat dibeli konsumen pada setiap Harga selama periode tertentu. Sedangkan pada ekonomi wilayah dijelaskan secara jelas dimensi spasial dengan menganalisis bagaimana suatu lokasi mempengaruhi permintaan suatu produk dengan mempertimbangkan biaya transportasi.
Implikasinya adalah bahwa jarak akan mempengaruhi skala ekonomi. Perusahaan harus berkemampuan untuk berkompetisi lebih keras terkait dengan jarak konsumen. Sistem harga akan dibuat dengan menawarkan harga yang rendah dengan mempertimbangkan jarak. Para ahli pembangunan harus mangakui bahwa banyak pusat bisnis, seperti pusat-pusat perbelanjaan, membutuhkan prasarana dalam bersaing untuk mendapatkan konsumen terutama menyangkut jarak. Sarana jalan dan area parkir yang memadai akan sangat membantu meningkatkan akses ke pusat perbelanjaan.

Kompetisi Pasar
Perkiraan produsen adalah keberhasilah dalam perusahaan dan mendapatkan kelebihan pendapatan. (“Kelebihan pendapatan”  adalah pendapatan yang dapat diperoleh apabila sumber daya dikelola dengan memperbandingkan investasi). Produsen mungkin akan bertahan pada suatu area pemasaran dan akan punya kekuatan monopoli pada area pemasaran tersebut.
“Ambang permintaan” dan “jarak” merupakan konsep yang sangat berguna untuk memahami wilayah pemasaran. Ambang permintaan adalah jumlah minimal yang harus terjual oleh produsen untuk mendapatkan batas pendapatan normal. Sedangkan “jarak terluar ideal” dari suatu barang adalah jarak maksimum yang mampu dijelajahi oleh individu untuk membeli barang tersebut dengan pertimbangan kemungkinan biaya perjalanan termurah. Jarak terluar ini merupakan wilayah dimana suatu perusahaan mampu melakukan kegitan usaha.
Terdapat tiga faktor utama yang menentukan ukuran wilayah pemasaran dari suatu produk, yaitu:
1.    Skala ekonomi. Apabila skala ekonomi signifikan, maka produsen akan dapat menutup kerugian yang diakibatkan oleh seluruh atau sebagian biaya transportasi untuk melayani wilayah pemasaran terjauh.
2.    Total jumlah permintaan. Merupakan jumlah permintaan per-unit pada suatu wilayah atau jumlah permintaan perorang dalam suatu waktu tertentu dalam suatu populasi.
3.    Biaya transportasi, meskipun seringkali memiliki pengertian yang bias. Disatu sisi, apabila skala ekonomi eksis dan biaya transportasi diabaikan suatu produk dapat dilayani lebih murah dimana-mana, termasuk kedaerah pinggiran sekalipun. Kemudian penurunan biaya transportasi dapat dihilangkan dengan memperluas wilayah pemasaran. Disisi lain, apabila perwakilan perusahaan di daerah dapat menimbulkan peningkatan biaya transportasi, maka penurunan biaya dalat dilakukan dengan menambah perusahaan. Pada kasus ini, kombinasi peningkatan ongkos produksi dapat menggantikan biaya trasportasi meskipun hal ini dapat meningkatkan harga jual per unit.

Sistem dan Hierarki Perkotaan
Pada bagian ini akan dijelaskan, bagaimana overlap area pusat pemasaran beberapa produk dapat membangun kota dan pola perdagangan diantara kota. Kota dapat memiliki bentuk, beberapa kota dapat berbentuk kota kecil karena hanya ada beberapa jenis produk tertentu dengan kategori ekonomi skala kecil. Sedangkan kota besar menjadi tempat beragam produsen. Kekuatan ekonomi dapat meningkatkan ukuran kota, distribusi spasial, dan hubungan antar dan didalam kota.
Untuk memahami perkembangan ukuran kota, penting untuk memahami keunggulan ekonomi dapat tumbuh ketika dua atau lebih produsen berada pada lokasi yang sama. Istilah ini sering disebut aglomerasi, produsen melakukan kegiatan bersama pada suatu lokasi tertentu. Contohnya termasuk memiliki tempat parkir bersama diantara beberpa produsesn retail. Sistem transportasi dan hambatan geografis dapat dihilangkan dengan membuat wilayah produksi bersama. Lebih jauh produsen dengan wilayah pemasaran kecil akan berada ditempat yang sama, begitu pula produsen yang menyediakan wilayah pemasaran yang luas akan berada pada tempat yang sama.
Hierarki pusat kota adalah hasil dari pembagian lokasi bersama tadi. Beberapa kota akan menjadi tempat beberpa produsen dengan wilayah pemasaran kecil. Pusat kota kedua, akan menyediakan pelayanan produk yang memiliki area lebih luas. Dan ini seterusnya berkembang secara berhierarki. Dalam hal ini terdapat keteraturan  dalam sistem kota sebagaimana keteraturan dalam fungsi kota. Jumlah populasi penduduk dapat pula dipahami dalam kerangka kerja model central-place dengan asumsi bahwa populasi di suatu wilayah merupakan fungsi dari pekerja, pekerja mengendalikan output, yang juga menentukan pemasaran yang  bisa dilayani oleh pusat kota.
Model pusat kota dapat juga digunakan untuk menjelaskan perkembangan sistem perkotaan. Karena sistem perkotaan didasarkan pada sistem pemasaran, dengan faktor yang sama area pemasaran dapat menjadi penyebab perubahan pada kota-kota pinggiran. Kemudian, perubahan pada biaya produksi, skala ekonomi-produksi, dan jumlah permintaan (perkapita yang dibutuhkan dan jumlah populasi) penting pengaruhnya p-ada hierarki perkotaan.
Secara umum apabila area pemasaran sudah meluas maka aktivitas ekonomi akan bergeser ke pusat kota yang dibawahnhya. Efeknya adalah dominasi pusat kota yang lebih tinggi akan melemah. Ketika satu atau beberapa fungsi terdapat di level pusat kota yang berbeda dalam suatu hierarki kota akan berdampak pada  fungsi ekonomi kota tersebut. Apabila aktivitas perekonomian dalam satu lokasi berubah (naik atau turun) maka beberapa kategori di pusat kota tersebut akan menghilang.
Stabilitas kota dalam hirarki perkotaan mungkin dapat dijelaskan dengan membuat jaringan yang saling bergantung (interdependensi). Pertama, hubungan kota atau daerah harus dibuat, hal ini akan menularkan pertumbuhan dari satu kota ke kota lainnya. Kota terendah dalam hierarki ini akan tumbuh, dan kesempatan untuk tumbuh dalam hubungan kota di dalam hirarki akan terbentuk.

Evaluasi Pendekatan Pusat Kota
Dari penjelasan sebelumnya model pusat kota dapat digeneralisasikan:
1.    Terdapat beberapa kelas kota sebagai dalam konteks ukuran pemasaran
2.    Kota  pada satu orde (hirarki) yang sama memiliki daerah pinggiran yang seimbang, menyediakan pelayanan yang sama, dan memiliki kesamaan ukuran populasi.
3.    Kota dengan hirarki tertinggi  mampu menyediakan segala jenis barang (kebutuhan), dan pelayanan yang disediakan oleh kota di bawahnya, termasuk fungsi produksi yang yang diberikan kota lainya.
4.    Kota-kota yang lebih kecil dengan daerah pinggiran terkecil lebih banyak dan lebih berdekatan dibandingkan kota-kota besar.
5.    Pusat kota dari beberpa kelas kota akan memiliki jarak yg relatif sama atara satu dengan yang lainya.
6.    Penduduk yang berada pada kota pada hirarki bawah akan mendapatkan barang dan jasa dari kota yang hirarkinya lebih tinggi.

Teori pusat kota menjelaskan lebih baik tingkatan wilayah dengan simetri snowflakelike meskipun tidak hidup dalam kenyataan. Pada bagian berikut akan menjelaskan mengapa pola yang dijelaskan dalam teori pusat kota tidak cocok dengan kenyataan.
1.    Perbedaan spasial dalam biaya produkasi
Beberapa produsesn yang memiliki wilayah pemasaran yang luas akan mengoperasikan keuntungannya dengan dibangun di kota-kota kecil disebabkan oleh biaya tenaga kerja yang rendah, akses kepada bahan baku, dsb.
Menurut Richadson (1978) Teori pusat kota lebih dapat diaplikasikan pada aktivitas yang berorientasi pasar dalam suatu lokasi dibandingkan dengan aktivitas yang sarat dengan biaya.
Selain itu suatu perusahaan muangkin akan berkembang dan menjadi pada satu tempat, meskipun pada situasi yang sama dalam hirarki kota
2.    Variasi biaya transportasi
Dalam model pusat kota didalamnya termasuk asumsi bahwa biaya transportasi adalah sama untuk jalur yang sama. Pada kenyataanya, biaya pemindahan lebih murah pada rute yang sudah tetap dan perluasan area pemasaran sangat bergantung pada rute transportasi yang dipengaruhi oleh kondisi geograpisnya. Sebagai contoh wilayah daerah pinggiran kota yang bertipologi pegunungan akan memakan biaya transportasi lebih mahal. Oleh karena  itu sistem perkotaan aktual tidak selamanya merefleksikan pola ideal model pusat kota.
3.    Penyerapan harga jual dan diskriminasi harga
Para penjual mungkin akan menyerap beberapa trasfer biaya untuk pengembangan wilayah pemasarannya, atau dapat membuat harga yang berbeda bergantung pada jarak kepada konsumennya. Misalnya konsumen yang terdekat mungkin akan mendapatkan harga lebih murah dibanding konumen yang jaraknya jauh dari tempat produksi.
4.    Faktor kelembagaan
Beberapa faktor yang sifatnya politis dapat berpengaruh  pada sistem jaringan perkotaan. Misalnya minuman keras bisa saja tidak ada karena alasan hukum atau karena pajak yang sangat tinggi, tetapi boleh jadi banyak toko yang sama ditemukan dalam satu wilayah yang sama.
5.    Deferensiasi produk
Pada model pusat kota, suatu produk diasumsikan sama dan sejenis sdehingga konsumen bisa membeli nproduk dengan harga termurah. Meskipun demikian, jika para konsumen memiliki preferensi terhadap suatu produk tertentu maka harga adalah bukan masalah untuk mendapatkan suatu barang.
6.    Lokasi Perumahan dan ngelaju (commuting)
Teori pusat kota menyarankan bahwa pusat produksi yang besar akan berada pada kota-kota besar, dan asumsinya rang akan berada di tempat mereka bekerja. Kenyataanya kota dapat tumbuh disatu sisi, tetapi tidak berhubungan dengan pekerja karena para pekerja dapat ngelaju (commuting).

Mengukur Pengaruh Suatu Wilayah
Konsep wilayah pemasaran dan wilayah pinggiran memiliki kemiripan. Wilayah  pemasaran mengacu kepada suatu wilayah diaman suatu produk dipasarkan/dijual. Ukuran aera pemasaran tetu saja bergantung kepada produk. Sedangkan pusat dari wilayah pinggiran mengacu kepada suatu tempat yang mendadi pusat kota. Kota-kota yang dekat dengan pusat kota akan dilayani dan dipengaruhi dari pusat kota.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur jarak pusat kota diantaranya teknik survey, gravitasi pemasaran (retail gravitation), dan model probabilistik. Teknik survey dapat digunakan untuk mengukur proporsi konsumen dalam berbelanja ke pusat kota, kemampuan konsumen untuk bisa mengguanakn transportasi pada suatu area perbelanjaan, dll.
Gravitasi pemasaran dapat digunakan untuk menjelaskan jangkauan pada kota-kot.a pinggiran dan menestimasi aliran lalu-lintas diantara beragam titik. Model ini merupakan teknik modern dalam mengukur pengaruh dalam satu wilayah. Dan terakhir model probalistik, pada model ini merupakan pengembangan dari model sebelumnya yang memiliki kelemahan pada perilaku konsumen. Pada model ini dapat menentukan pengaruh tempat pembelanjaan dalam wilayah metropolitan, dengan menukur individu dalam suatu wilayah dapat berbelanja ke pusat kota.

Staregi Pengembangan Wilayah Pinggiran

Pengaruh wilayah kota adalah bersifat elastis. Pengembangan wilayah pinggiran secara teoritis dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan prasarana tranportasi dan meningkatkan beragam cara yang mampu di pasarkan. Bedasarkan hal tersebut maka para pembuat kebijakan harus mengembangkan jalur yang digunakan oleh konsumen untuk melakukan aktivitas ekonomi, termasuk beragam tempat-tempat perbelanjaan.  Pendekatan lain, adalah dengan  melihat persepsi konsumen terhadap jarak dan dengan mengamati waktu-waktu berpergian para konsumen. Setiawan, T.