Tahapan Pembangunan
Terdapat beberapa teori tentang tahapan pembangunan. Menurut
Thompson (1968) dan Jacob (1968) terdapat enam tahapan pertumbuhan. Kedua pakar
ini mengindikasikan bahwa awalnya suatu wilayah metropolitan ditandai dengan
adanya pergerakan minimal satu atau barang keluar daerah (ekspor). Selanjutnya
produksi ekspor yang tumbuh, dan wilayah
tersebut akan berusaha untuk memasok kebutuhan eksport dengan menghasilkan
bahan-bahan kebutuhannya yang sebelumnya di dapat dari luar daerah (impor). Peningkatan nilai produksi dan tumbuhnya
sektor-sektor pendukungnya akan memancing tumbuhnya sektor-sektor pelayanan
yang akan mendukung kegiatan wilayah tersebut, seperti tumbuhnya lembaga
keuangan (bank), pendidikan dan perumahan. Seiring dengan peningkatan volume
eksport dan sektor pendukungnya akan dibutuhkan kontribusi inovasi dan skil
dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi.
Untuk mengerti tahapan pertumbuhan perkotaan ini
adalah penting untuk memahami proses pertumbuhan perkotaan dengan segala
kekompleksan dan ukuran kota tersebut.
Pergerakan munculnya suatu kegiatan ekspor disuatu
wilayah akan mudah dipahami melalui “the
teori of industrial filtering”. Wilayah yang realtif maju akan dijadikan
tempat awal untuk melakukan kegiatan produksi. Kegiatan produksi yang terus
berkembang akan berekspansi, dan ekspansi tentunya akan mengarah ke daerah yang
memiliki biaya yang lebih rendah. Selanjutnya, daerah baru itu akan menjadi
pusat pertumbuhan baru.
Proses selanjutnya dapat dikatakan sebagai “adding new work to old”. Jacobs
mempercayai ini sebagai element kunci dalan menggerakan tahapan pertumbuhan.
Seperti disebutkan di atas diversifikasi produk ekspor, membuat kegiatan
produksi di wilayahnya akan mendukung kegiatan produksi utama tersebut, dengan
peningkatan atau modifikasi.
Pergerakan proses tahapan pertumbuhan sebuah kota
juga dipengaruhi oleh pergerakan dari tahap ke tahap. Kantor pembangunan daerah
mesti melihat interaksi ini sebagai pijakan penyusunan strategi pembangunan
karena mengkaitkan tiga pelaku utama ; rumah tangga, kalangan bisnis dan
lembaga keuangan.dengan mengeluarkan kebijakan sebagai implikasi yang ditimbulkan.
Circular Flow Model
Circular flow
model menjelaskan bagaimana ekonomi
pasar bekerja. Sebuah ekonomi pasar adalah salah satu yang mempengaruhi
individu secara langsung apa yang dihasilkan, dipasarkan, dan dikonsumsi.
Individu melakukan hal ini dengan pengeluaran uang pada apa yang mereka
inginkan. Ini kemudian mengarahkan produsen untuk memproduksi barang dan jasa
yang akan mengkonsumsi individu. Jumlah barang dan jasa yang tersedia adalah
berkaitan dengan hukum penawaran dan permintaan.
Terdapat lima komponen penting pada circular flow model ; sumber daya, pasar
berbasis komoditas, agen penjual, sektor keuangan lokal, dan pertukarang dengan
wilayah lain. Pertukaran uang dalam model ini dapat dipengaruhi oleh berbagai
alasan yang saling berdampak, misalnya yang mengarah langsung pada rumah tangga
yaitu peningkatan pendapatan, yang meningkatkan biaya produksi pelaku bisnis
ataupun peningkatan peminjaman modal melalui lembaga keuangan. Oleh karena itu
bagaimanapun, strategi pembangunan sebaiknya mengacu pada pada lima komponen
penting dari circular flow ini, karena ini dapat menggambarkan interaksi antara
sektor utama (rumah tangga, pelaku bisnis dan lembaga keuangan), karena dengan
begitu akan lebih mudah untuk melakukan pengembangan terhadap model yang telah ada
dan tinggal bagaimana menerapkannya kepada
kehidupan nyata.
Kesimbangan dan perubahan Circular flow model yang
berdampak pada pembangunan dipengaruhi oleh ukuran aliran moneter yang keluar
dan masuk. Pemasukan aliran moneter
dapat menyababkan volume perputaran uang disebuah daerah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan tenaga kerja. Pemasukan aliran
moneter juga akan meningkatkan kemampuan penduduk dalam peningkatan daya beli
barang dan jasa yang mana akan memacu pertumbuhan sumber-sumber aktifitas
lainnya yang mendukung lingkup kegiatan produksi utama ; lembaga keuangan
(bank), pendidikan dan perumahan. Sedangkan kapan circular flow model ini mencapai kesimbangan, ketika aliran moneter
masuk dan keluar adalah sama, karena pendapat yang akan konstan. Ini dapat dianalogikan
dengan ketinggaan air yang terdapat pada sebuah bejana behubungan.
Perubahan pembangunan juga dipengaruhi oleh nilai
tambah yang terjadi dalam cilcural flow
model. Proses pemasukan dan pengeluaran uang pada suatu lingkup siklus akan
meningkatkan nilai tambah, jika tidak ada kebocoran. Artinya aliran uang hanya
berputar pada satu siklus saja. Aliran uang yang berlipat ini juga akan
meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat dan pelaku bisini. Singkatnya, semakin
rendah kebocoran maka akan meningkatkan tingkat pendapat rumah tangga.
Teori Pertumbuhan berbasis Ekport
Teori ini berkembang karena tekanan bahwa dalam
meningkatkan ekonomi lokal harus meningkatkan aliran moneter yang masuk. Cara
paling efektif untuk meningkatkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan
ekspor. Konsep utama dari teori ini bahwa ekspor merupakan mesin utama untuk
pertumbuhan. Karena dengan begitu, peningkatan nilai ekspor akan meningkatkan
juga pendapatan bagi rumah tangga dan pekerja, yang pada akhirnya diharapkan
akan menimpulkan efek nilai tambah dengan menurunkan tingkat kebocoran wilayah.
Nilai pendapatan biasanya merupakan presentasi dari
teori berbasis ekspor. Pendapatan secara umum dipengaruhi oleh konsumsi dan
aliran moneter (masuk dan keluar). Pendapatan didapat dari nilai konsumsi dan aliran
masuk moneter dikurangi oleh aliran keluar moneter.
Pelaksanaan suatu industri dapat dipengaruhi oleh
kedekatan dengan bahan mentah dan user,
aglomerasi dan pekerja. Salah satu pendekatan yang sederhana untuk
mengaplikasikan teori adalah dengan pendekatan pekerja. Penurunan biaya
produksi sangat dipengaruhi oleh tingkat upah kerja, apalagi bagi industri
membutuhkan jumlah tenaga kerja dalam jumlah banyak. Asumsi pertama yang dapat
digunakan adalah pendapatan yang proprtional, karena dengan begitu akan
mengurangi migrasi penduduk dari luar ke dalam yang akan mempengaruhi penduduk
asal, yang pada akhirnya mengurangi tingkat kebocoran wilayah. Asumsi kedua
adalah, rasio pekerja di bidang eksport dan total pekerja seluruh sektor adalah
konstan. Asumsi kedua ini juga mendukung peningkatan nilai tambah di wilayah
ini, semakin tinggi tingakt ratio makan semakin besar efek multipiernya.
Untuk meramalkan pelaksanaan pendekatan ini dapat
dilakukan dengan lima langkah, yaitu dengan pendekatan studi geografis suatu
area,. Pendekatan kedua yaitu dengan menggambarkan ekonomi lokal dan dterminasi
terhadap sumber pekerja. Ketiga, penghitungan tingkat multiplier. Keempat, peramalan
perubahan dalam sektor ekspor dan kelima melakukan peramalan total pekerja.
Proses peramalan pelaksanaan tidak seutuhnya harus berhenti di tahap nomor
lima, tetapi tetap terus melakukan implikasi-implikasi yang diramalkan melaui
studi-studi dengan segala kompleksitas yang ada.
Kritik terhadap Pendekatan
Pertumbuhan berbasis Ekport
Secara umum untuk meningkatkan ekspor tidak harus
selalu melalui peningkatan aliran masuk moneter. Pertumbuhan yang baik juga
dapat ditingkatkan melelui peningkatan nilai tambah. Nilai tambah dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan aktivitas produksi yang mendukung ekspor tadi.
Sehingga dengan memuculkan industri tadi, akan mnegurangi impor dan tentunya
uang yang beredar tidak keluar daerah.
Peningkatan produktivitas pekerja juga berdampak pada
tingkatan biaya yang dibayarkan, jadi tidak haru menunggu produksi ekspor yang
menignkat. Produktivitas yang meningkat juga memerlukan dukungan untuk
berkembangnya sektor informal seperti pendidiakan dan pelatihan.
Salah satu kekurangan lain dari pendekatan ini adalah
tidak terukurnya interaksi wilayah, karena sepertinya hanya dapat diterapkan
untuk wilayah kecil saja dan sulit untuk duterapkan diwilayah yang lebih besar.
Dampak multipier juga akan berimpilikasi pada ukuran wilayah, umpan balik akan
kecil jika wilayah yang ada adalah kecil, jika wilayah semakin besar maka akan
lebih signifikan umpan baliknya.
Pendekatan Supply Side
“Supply side
appoaches” atau pendekatan pendekatan merupakan salah satu kritisi dari “demannd-domonate approaces”. Konsep
pendekatan ini berdasarkan atas ketersediaan sumberdaya yang dimiliki oleh
suatu wilayah. Ketersediaan sumberdaya ini merupakan faktor penting pendekatan
ini, karena dengan begitu pelaku bisnis akan lebih berkembang yang merupakan
dimulainya aliran barang ke luar-dalam. Pendekatan ini juga baiknya ditopang
oleh kematangan sifat kewirausahaan dari penduduknya, sehingga resiko yang ditimbulkan
dapat diminimalisasikan yang pada akhirnya akan menimbulkan pembangunan yang
lebih berkembang yang ditopang dengan ketersediaan kapital/modal. Tanpa
kapital/modal kedua aspek diatas tidak dapat berkembag atau berjalan secepat
yang diharapkan.
Perbandingan Pendekatan Supply dan
Demand
Dalam ekonomi diketahui terdapat dua pendekatan, supply dan demand. Startegi demand side
adalah melalui peningkatan barag dan jasa masyarakat setempat melalui kegiatan
produksi lokal. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah peningkatan taraf
hidup, sehingga dengan begitu diharapkan akan meningkatkan permintaan terhadap
barang-barang yang meningkatkan pertumbuhan industri.
Sedangkan supply
side merupakan strategi yang mengutamakan investasi modal untuk kegiatan
yang berkaitan ke luar. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan
pasokan dari komoditi yang pada umumnya diproses dari sumber daya alam lokal.
Kegiatan ini ditujukan untuk ekspor.
Dari segi waktu demand side strategi membutuhkan
waktu yang lebih lama karena membutuhkan waktu dalam meningkatkan produksi
dengan transformasi teknologi tetapi pertumbuhannya relatif stabil, sedangkan
dengan supply side akan lebih cepat
terlihat hasilnya. Mulyana.M.