Featured post

Cara Instalasi Software Pemetaan ArcGIS 9.X

Bagi orang yang menggeluti dunia survey dan pemetaan, salah satu tools atau alat yang wajib dimiliki dan dikuasi adalah software ArcGIS...

Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Tempat Tinggal

Dasar-Dasar Ekonomi PerumahanSuatu perusahaan real estate dalam merencanakan penyiapan jumlah perumahan terhadap permintaan didasarkan pada teory supply demand dengan memperhatikan perpotongan kurvanya. Cateris paribus merupakan dasar utama yang dapat digunakan dalam menentukan keseimbangan harga dan jumlah unit rumah yang sebaiknya dipersiapakan. Varibel–variabel cateris paribus perlu dianalisis dan dicari titik konstannya sehingga perediksi jumlah rumah dan jenis rumah yang harus dipersiapakan oleh real estate berdasarkan analisis permintaan atau pasar.
          RR = 75 +.40 (m2) + 2.0 (kamar)                                  4
Ada tiga hal yang menjadi pokok perhatian dalam menentukan harga jual dari suatu barang yang dipasarkan, yaitu :
Ketidakpastian, Ketidaksempurnaan Pasar Dan Kompetisi
Proses Inisiasi dan penyelesaian filtering. 
 
Model Aglomerasi Budaya
 
Model Tiebout
Dalam menentukan nilai propeti dapat digunakan analisis hubungan arus pendapatan dan harga jual. Menentukan harga jual unit rumah yang disiapkan oleh real estate merupakan faktor krusial oleh karena itu perlu diketahui dengan baik tentang arus layanan stok rumah.
Harga juga merupakan konsep yang rumit jika diterapkan untuk rumah.  Untuk memahami konsep harga rumah, pertama, bedakan antara stok rumah dengan arus layanan rumah yang dihasilkan dari stok rumah.  Suatu rumah (stok) mencerminkan suatu arus jasa selama suatu periode. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam menetukan harga unit rumah adalah Harga stok rumah, harga jual, harga dari arus jasa periodik adalah harga rental. Jika fokus analisis adalah suplai dari rumah yang dapat direntalkan, sumbu harga akan menunjukkan rente-nya. Jika yang menjadi perhatian pembelian terhadap stok rumah, maka sumbu vertikalnya adalah harga jual. Konversi antara rente dan harga jual jelas. Nilai suatu rumah adalah present value dari rente-nya yang didiskon. Pada pasar yang berfungsi dengan baik, nilai ini akan sama dengan harga jual. Jadi, secara konseptual adalah mudah untuk mengkonversi rente menjadi harga jual. Nilai properti dapat dihitung dengan rumus estimasi sebagai berikut :
                                             1         
Penentuan harga barang jasa dalam hal ini rumah.
Dimana :
Sp     =   harga jual (diasumsikan sama dengan nilainya)
R1      =   net rent (tanpa pengeluaran lainnya) properti pada tahun i. 
Rn      =   mencakup harga likuidasi
Ro       =   adalah rentenya
r        =   tingkat diskon yang dapat diterapkan
n        =   periode kepemilikan

Variasi dari persamaan 1 ini digunakan oleh penilaian perusahaan real estate untuk menentukan nilai pendapatan yang dihasilkan properti. Dalam kasus pemilik menempati properti, adalah perlu untuk menentukan nilai rental dari jasa rumah. Nilai ini adalah nilai moneter dari manfaat periodik dari properti yang dapat diperoleh jika disewakan.
Tingkat diskon yang digunakan untuk mengkonversi arus periodik net rent ke dalam nilai rumah adalah bagian penting dalam persamaan. Semakin tinggi tingkat diskon, semakin rendah nilai properti pada net rent yang diberikan.  Tingkat diskon mengukur biaya kepemilikan satu unit modal dalam bentuk rumah dalam setahun. Normalnya, tingkat diskon lebih tinggi dibandingkan obligasi beresiko karena kebutuhan untuk mengeskstrak premi bagi manajemen, depresiasi dan faktor lainnya. Pada saat ini, nampaknya lebih tepat untuk menurunkan tingkat diskon untuk menghitung apresiasi yang diantisipasi.
Dalam menentukan harga jual yang dibuat sebagai supply dapat dihitung dengan menggunakan metode :
Model penetapan harga hedonik menyatakan bahwa harga adalah suatu fungsi dari karakteristik rumah sehingga memilah jasa rumah menjadi komponen-komponen detilnya dan menggunakan teknik statistik, seperti regresi, untuk menentukan nilai marginal dari setiap komponennya. Nilai keseluruhannya dapat ditetapkan dengan mengagregasikan nilai-nilai komponennya. 
Penggunaan lahan = f(Ct)                                                              2
Dimana :
P       =   Harga
Ct      =   karakteristik ke-i (yaitu ukuran, akses, jumlah kamar mandi dsb)

Persamaan 2 adalah suatu bentuk fungsi umum. Jika fungsi ini dispesifikkan, koefisien yang berhubungan dengan setiap variabel akan mencerminkan nilai karakteristiknya, dengan semua karakteristik konstan.
Sebagai contohnya, jika nilai hanya ditetapkan dengan meter persegi dari apartemen dan jumlah kamarnya, persamaan hedoniknya adalah :
            PR = a +b1(m2) + b2 (kamar)                                                             3
Dimana :
PR       =  rente properti per bulan
a          =  intersept
m2        =  jumlah m2 ruangan
kamar =  jumlah kamar
b1, b2    =  koefisien

Harga jual ditentukan oleh beberapa faktor
Dengan menggunakan teknik regresi, maka nilai a1, b1 dan b2 dapat ditetapkan. Anggap bahwa regresi ini akan menghasilkan persamaan sebagai   berikut :

Maka, jika ada 3 kamar dan luasan 1000, rente yang diharapkannya adalah $481 [75 + ($.40)(1000) + $ 2(3).  Model ini bukan hanya memberikan informasi mengenai nilai rumah, tetapi juga menunjukkan nilai marginal dari komponen-komponennya. 
Kajian yang dilakukan oleh Gunterman dan Norrbin (1987)  memberikan contoh yang lebih realistis. Mereka menggunakan model penetapan harga Hedonik untuk mengestimasi rente apartemen. Tidaklah mengherankan jika ukuran adalah variabel yang dominan. Rente meningkat sekitar $4.21 per meter persegi untuk tiap tabahan ruangan dalam unit tersebut. Pada metode hedonik ukuran rumah merupakan faktor yang sangat menentukan harga jual rumah.
Ada beberapa faktor yang perlu dianalisis dalam menentukan harga jual :
1.    Menguji subyek properti yang harganya akan diestimasi
2.  Kedua, Jika barang yang dapat diperbandingkan lebih baik dibandingkan subyek properti, maka harga subyek properti harus diturunkan
3.  Terakhir, nilai dari barang-barang yang diperbandingkan ini dirata-ratakan agar didapatkan nilai estimasi subyek properti

Pada pasar kompetitif sempurna, harga ditetapkan melalui kekuatan pasar.  Setiap pembeli dan penjual adalah price taker. Transaksi real estate pada dasarnya berbeda dengan pasar kompetitif.  Salah satu perbedaaan antara pasar rumah dan pasar kompetitif adalah bahwa pembeli dan penjual hanya dapat menduga harga untuk properti tertentu yang akan dijual. Perbedaan penting lainnya adalah bahwa terdapat ratusan pembeli dan penjual dalam pasar real estate pada waktu yang diberikan sedangkan hanya terdapat satu atau dua penjual dan hanya sedikit pembeli untuk tipe properti tertentu. Jadi, setiap pelaku pada pasar real estate memiliki kemampuan yang sama untuk mempengaruhi harga.

Tergantung jenis barang atau properti yang ditawarkan ke pasar, faktor penentuan harga jual juga berbeda
Karena sifat dari pasar real estate, harga jarang sekali diketahui sebelum penjualan aktual dilakukan. Dari sudut pandang pembeli dan penjual, keseimbangan harga untuk kelas properti tertentu di wilayah yang diberikan mungkin memiliki visualisasi yang lebih baik, dibandingkan nilai yang sebenarnya.  Nampak bahwa tipe properti dapat dipengaruhi oleh setiap pembeli.

Lokasi residensial dan perubahan lingkungan sekitar
Lokasi perumahan yang akan dipilih oleh buyer sangat ditentukan oleh kondisi sosial dan kepuasan buyer itu sendiri sehingga perlu mendapat perhatian oleh seorang pengusaha real estate. 

Teori Filtering Down
Menurut teori filtering down, kondisi sosial ekonomi ditandai dengan tingkat pendapatan. Semkain membaik pendapat seseorang cenderung menginginkan membangun rumah di luar kota dengan lahan yang luas. Jenis bangunan rumah yang diinginkan adalah bangunan baru bukan merenofasi atau membeli rumah tua kemudian dibangun kembali karena akan menggunakan ekstra cost untuk menghancurkan rumah lama.
Sebagian besar model filtering mengasumsikan bahwa proses nya  dimulai dari individu yang bergerak menjauhi pusat kota dengan semakin tingginya pendapatannya. Untuk memperoleh  lokasi perumahan di tempat yang tidak padat dapat menghindari kemacetan, kebisingan, dan lebih aman. Pertimbangan yang diambil adalah pertimbangan sosiologis, ekonomi dan security.
Terdapat beberapa implikasi penting dari analisis filtrasi ini, pertama, model ini menjelaskan kecenderungan grup berpendapatan tinggi untuk tersegregasi mencari rumah yang lebih baik  sehingga meninggalkan unit rumah mereka untuk grup berpendapatan lebih rendah. Model ini menyatakan bahwa keluarga miskin harus tinggal di rumah berkualitas rendah (rumah bekas pakai).  Kedua, model ini menjelaskan bahwa rumah akan mengalami kerusakan selama proses perubahan lingkungan tempat tinggal. Keluarga berpendapatan lebih rendah memiliki permintaan lebih rendah untuk jasa rumah. Implikasi lain dari teori ini adalah lokasi rumah tangga akan ditentukan oleh jenis rumah yang tersedia dan potensi stok rumah. Dalam hal ini teori filtrasi adalah berorientasi pada suplai. Teori ini juga mempunyai implikasi kebijakan. Rumah untuk keluarga miskin dapat di tingkatkan jika konstruksi baru ditujukan untuk kelas atas dan menengah.  Namun proses ini hanya akan membantu keluarga miskin jika harga rumah yang ditinggalkannya lebih murah dibandingkan sebelumnya. 

Model Trade-Off
Model ini menjelaskan dominasi rumah berkualitas tinggi di pinggiran kota dalam konteks trade off antara akses ke lokasi kota dan biaya lahan yang lebih rendah. Model ini didasarkan akan asumsi bahwa dengan meningkatnya pendapatan, tingkat dimana rumah tangga mau menggantikan aksesnya dengan lahan yang lebih murah akan berubah.

Ruangan versus akses. Model dimulai dengan proposisi bahwa kurva rente penawarannya memiliki kemiringan menurun dengan semakin menjauhi pusat kota.  Kemiringan negatif ini terkait dengan lebih besarnya akses ke barang-barang urban yang tersedia di dekat pusat kota sehingga nilai lahannya tinggi.  Setiap rumah tangga mempunyai dua faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih lokasinya. Salah satu pertimbangannya adalah jumlah ruangan yang mereka inginkan. Semakin besar ruangan yang mereka inginkan, semakin jauh lokasi rumahnya dari pusat kota. Kedua,pertimbangan biaya perjalanan ke kota.  Studi empiris menunjukkan bahwa biaya waktu untuk melakukan perjalanan pulang pergi adalah 25 persen dari upah pegawai yang dihitung permintaan jam kerjanya.
Jika pendapatan keluarga meningkat, mereka akan membeli lahan lagi.  Semakin tinggi elastisitas permintaan terhadap lahan, semakin kuat kecenderungan untuk menjauhi kota yang lahannya lebih mahal. Namun peningkatan pendapatan ini juga akan meningkatkan biaya imbangan untuk cenderung berlokasi di sekitar pusat kota. Kecenderungan lebih banyak lahan akan mengarahkan pilihan lokasi ke periperi.

Trade off di Kota dengan banyak inti. Terdapat banyak titik di pusat kota yang merupakan akses penting, salah satunya daerah pusat bisnis merupakan akses utama bagi sebagian besar daerah metropolitan. Selama dua puluh tahun terakhir, pekerjaan telah berpindah ke lokais sub urban sehingga  asumsi biaya transportasi minimum pada CBD tidak realistis lagi untuk sebagian besar keluarga.  CBD tetap menjadi lokasi dengan banyak jenis pekerjaan, tetapi banyak aglomerasi bisnis besar yang berlokasi menyebar di wilayah metropolitan.
Faktor budaya juga penting untuk pembentukan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal dengan karakteristik sosial yang sama akan membentuk aglomerasi ekonomi dan keinginan sosial.
Tiebot (1956) telah mengembangkan suatu model informatif yang menjelaskan gambaran hubungan antara program pemerintah lokal, pajak dan harga perumahan. Model Teibot umumnya dipertimbangkan sebagai literatur keuangan publik karena penekannya pada fungsi jasa pemerintah sebagai daya tarik utama dan pajak sebagai penghambat dalam menciptakan fasilitas publik.  Dalam model ini terdapat empat postulasi yaitu :
1.   Suatu rumah yang dibeli di suatu daerah tertentu memiliki jasa/layanan yang sangat tergantung pada aktivitas pemerintah. Sebagai contoh jasa perumahan pada suatu lingkungan tempat tinggal tertentu mencakup pembuangan sampah, layanan kepolisian yang mencukupi, tetangga yang ramah dan sekolah negeri yang berkualitas.  Pemerintah dalam hal ini menyediakan perlindungan dan lahan. Model ini dapat dikembangkan dengan  melibatkan fasilitas non pemerintah yang diterima oleh penghuninya seperti prestise, tetangga yang mau bersosialisasi dan ketenangan.
2.  Individu membentuk preferensi untuk suatu area didasarkan pada layanan publik dan bentuk-bentuk lainnya dari lingkungan eksternal seperti layanan privat untuk perumahan
3.  Perbedaan tingkat pelayanan seringkali akan menghasilkan beban pajak yang berbeda. Cateris paribus, asumikan bahwa semakin tinggi beban pajaknya, maka semakin rendah permintaan akan perumahannya. Bentuk-bentuk negatif lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi nilai properti seperti ketidakamanan, premi asuransi yang lebih tinggi.
4.  Individu berbeda dalam  hal preferensi dan keinginnannya untuk membayar layanan perumahan privat dan juga untuk barang yang terkait dengan perumahan di suatu lingkungan tempat tinggal tertentu. 
Untuk memahami implikasi dari model Tiebot, asumsikan bahwa badan legislatif pada suatu suburban yang kecil akan membangun suatu fasilitas olah raga yang mencakup lapangan tenis, kolam renang dan gymnasium dengan track indoor, ruangan yang luas dan suana.  Fasilitas ini gratis hanya untuk penghuninya saja. Pajak properti akan dinaikan $ 100 per tahun per rumah tangga untuk membiayai proyek ini. Besarnya pembayaran pajak ini mencakup pemeliharaan dan pembayaran kembali penerbitan obligasi untuk mendukung konstruksi.  Bagaimana perumahan fasilitas dan non fasilitas ini mempengaruhi harga perumahan dan karakteristik individu yang tinggal di dalamnya ?.
Pertama, beberapa penghuni akan tidak suka tinggal di daerah tersebut karena lebih tingginya pajak, dengan kata lain, mereka tidak lagi mau membayar  sebanyak yang mereka bayar sebelumnya untuk sebuah rumah di daerah yang sama. Permintaan pada grup ini akan menurun. Sebaliknya sebagian individu lebih tertarik untuk tinggal di tempat tersebut karena nilai dari kompleks perumahan tersebut lebih besar dari obyek pajak tambahan dan juga karena menginginkan akses ke kompleks. 

Model Fallout mengenai Ekonomi Agregat
Hill dan Biear (1989) telah mengembangkan suatu model perubahan lingkungan tempat tinggal yang terkait dengan perubahan ekonomi. Sebagai contohnya, suatu lingkungan tempat tinggal mungkin mempunyai jumlah penghuni yang tidak proporsional (dominasi pekerja di bidang otomotif). Lingkungan yang lainnya mungkin didominasi oleh profesional berpendapatan tinggi pada sektor jasa seperti pengacara dan bangkir. Hill dan Biear (1989)  menggunakan data dari Cleaveland untuk menunjukkan pengaruh positif dan negatif perubahan industrial dan okupasional dari suatu ekonomi lokal terhadap lingkungan tempat tinggal dimana para pekerja hidup di dalamnya yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dan biaya rumah. 

Kondisi Perumahan di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat rumah menjadi salah satu kriteria yang menunjukkan status keluarga yang menempatinya. Ada 4 Faktor berikut berkontribusi terhadap permasalahan kemampuan memiliki rumah yaitu :
1.      Sepanjang tahun 1980-an biaya rumah meningkat lebih cepat dibandingkan pendapatan  terutama biaya kepemilikan rumah.
2.      Kualitas dan ukuran rumah telah mengalami peningkatan sehingga  biayanya juga meningkat.
3.      Ukuran rumah tangga telah mengalami penurunan karena semakin sedikit orang yang tinggal dalam suatu rumah, dengan demikian penghasilan dpt meningkat.
4.      Tingginya suku bunga sepanjang tahun 80-an menyebabkan meningkatnya pembayaran bulanan baik untuk pemilik rumah baru atau pengontrak rumah. 
Sebagian besar kota-kota di Amerika Serikat, penduduk yang berkukit hitam dan minoritas lainnya seringkali mengalami diskriminasi dalam hal kepemilikan rumah. Diantaranya mencakup :
1.      Pilihan rumahnya terbatas.
2.      Penduduk ini juga kurang memiliki akses terhadap pekerjaan karena mereka tinggal di daerah pinggiran metropolitan.
3.      Lokasinya yang dipinggiran kota akan menyebabkan lebih tingginya biaya perjalanan jika mereka mendapatkan pekerjaannya di kota

Apakah Orang kulit hitam membayar lebih banyak dibandingkan kulit putih?. Secara historis sebagian besar studi empiris menunjukan bahwa orang kulit hitam membayar lebih banyak untuk unit rumah yang sama dibandingkan orang kulit putih. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa hasil ini adalah ambigius, sulitnya melakukan pengukuran satu unit standar jasa layanan perumahan, dan optimisme kebijakan pemerintah untuk menghapuskan diskriminasi perumahan. Permasalahan mengenai program bantuan perumahan di Amerika Serikat telah diperdebatkan yaitu mengenai reformasi kebijakan perumahan.

Kontrol Rente Versus Kekuatan Pasar
Para penentang kontrol terhadap Rente meyakini bahwa pengontrolan ini tidak efisien. Mereka menyatakan bahwa jika rente dikontrol pemilik properti akan menurunkan stok rumahnya. Suplai rumah akan mengecil sampai mencapai tingkatan yang konsisten dengan rente pasar. Mekanisme penurunan jumlah rumah ini mencakup: (1) Penurunan tingkat pemeliharaan, (2) Penyediaan fasilitas yang lebih sedikit dan (3) Konstruksi rumah baru yang lebih sedikit

Dukungan Pendapatan Versus Bantuan Perumahan
Salah satu argumen klasik mengenai kesejahteraan ekonomi adalah individu lebih baik menerima bantuan cash dibandingkan bantuan lainnya yang kurang bersifat langsung.

Strategi Suplai versus Permintaan.
Haruskah program perumahan pemerintah didisain untuk meningkatkan suplai rumah yang tersedia bagi masyarakat miskin ataukah untuk meningkatkan kemampuan keluarga miskin dalam membeli rumah? Subsidi permintaan cenderung menaikan harga dan meningkatkan jumlah suplai rumah. Strategi suplai cenderung menurunkan harga rumah dan secara simultan meningkatkan jumlah rumah. Jadi beberapa ahli analisis mendukung sisi suplai ini untuk menghindari kenaikan rente perumahan. 

Konstruksi dan kepemilikan publik versus privat, tidak jelas seringkali melakukan kesalahan manajemen.

Lokasi perumahan terkonsentrasi versus menyebar. Konsep awal dari perumahan publik adalah difokuskan pada penurunan biaya yang dapat dicapai melalui skala ekonomi produksi dan operasi pembangunan skala besar. Jadi penekanannya adalah pada konstruksi skala besar dimana ribuan orang dapat tinggal didalamnya. Konsentrasi penduduk di satu tempat ini dapat menimbulkan sejumlah permasalahan misalnya kejahatan.

Ghetto Dispersal versus Ghetto Improvement. Masalah mengenai segregasi perumahan menyebabkan pengambil kebijakan mengargumentasikan bahwa kebijakan harus mengkonsentrasikan orang kulit hitam dibagian dalam kota. Jika perumahannya lebih terintegrasi, kulit hitam akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencari pekerjaannya di dalam wilayah sub urban dan menaggung biaya perjalanan yang lebih kecil. Jika masyarakat kulit hitam ini mendekati wilayah masyarakat kulit putih dalam prakteknya akan terjadi diskriminasi.

Unit perumahan versus Pembangunan lingkungan perumahan.  Seperti halnya isu-isu terdahulu, terdapat pertanyaan mengenai fokus kebijakan haruskah ditujukan untuk memperbaiki perumahan atau memperbaiki lingkungan perumahan dimana keluarga berpendapatan rendah hidup. Kondisi unit perumahan untuk orang-orang miskin telah meningkat secara dramastis sejak tahun 1940.  Rumah itu sendiri adalah bagian kecil dari lingkungan. Jadi program-progam sosial untuk menghilangkan kejahatan, menyediakan rekreasi dan lingkungan tempat tinggal yang baik adalah sama pentingnya. 

Pembangunan Perumahan Komersil
Lingkungan tempat tinggal dan grup komunitas seringkali dikaitkan dengan program pembangunan ekonomi tradisional karena mereka yakin bahwa pemerintah fokus pada pembangunan ekonomi kota dengan mengorbankan lingkungan tempat tinggal bisnis kecil. Pemeirntah perlu mempertimbangkan program perbaikan infrastruktur lingkungan tempat tinggal sebagai program “kesejahteraan” dibandingkan program pembangunan ekonomi.

Ekonomi Informal : suatu strategi alternatif
Beberapa lingkungan tempat tinggal dalam kota memiliki sumberdaya ekonomi tersembunyi dalam bentuk aktivitas ekonomi informal yaitu sebagai transaksi extralegal dan kriminal illegal yang tidak dengan benar dilaporkan ke badan pemerintah, seperti Internal Revenue Service.

Lingkungan tempat tinggal dalam kota
Ekonomi informal adalah kuat dalam lingkungan tempat tinggal dalam kota yang paling membutuhkan kebijakan pembangunan ekonomi. Salah satu alasan kekuatannya adalah opportunity cost dalam berpartisipasi pada aktivitas informal adalah lebih rendah peluang kerja.  Kedua, aktivitas informal membuat individu dapat mengelak dari program pemerintah tertentu. Ketiga, rapatnya jaringan sosial dan karakteristik hubungan institusional dari beberapa lingkungan tempat tinggal urban menunjukkan manfaatnya dalam mendukung ekonomi formal. Keempat, Fungsi "cover" juga terdapat pada lingkungan dalam kota karena pajak relatif mudah. Kelima, lingkungan tempat tinggal dalam kota memiliki porsi minoritas lebih tinggi, kepala rumah tangga wanita dan imigran Terakhir, mereka yang berpendapatan rendah akan melakukan usaha tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan suplier informal yang menyediakan barang dan jasa dengan biaya lebih murah.

Kebijakan Pembangunan

Hanya dengan fokus pada kerugian potensial akibat hilangnya pendapatan pajak, beberapa pembuat kebijakan gagal menyadari implikasi kebijakan dengan memasukkan ekonomi informal produktif ke dalam mainstream rencana pembangunan ekonomi.