Ekonomi lokal yang beroperasi di suatu
lingkungan yang terbuka terus meningkat di mana kebanyakan sumberdaya dan
komoditas akan berpindah ke area lain jika adanya imbalan yang sepadan. Atraksi sumber daya ke dalam sebuah area
sering kali merupakan sebagai suatu bagian yang kritis dari proses pembangunan.
Arti penting dari aliran sumberdaya telah meningkat seiring globalisasi ekonomi
dan munculnya lembaga ekononomi multinasional. Sumberdaya seringkali bergeser
antar negara seperti halnya wilayah-wilayah di dalam suatu negara. Dalam prateknya, perbedaan antar wilayah
dalam suatu negara dan antar negara menjadi tidak jelas sebagai satu kesatuan
negara telah membentuk menjadi unit-unit ekonomi multinasional. Pembuat
kebijakan perkotaan mengakui bahwa ekonomi lokal dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh pola perdagangan dan aliran-aliran sumberdaya. Dalam bab ini mencari untuk menjelaskan pengaruh atas aliran sumberdaya ekonomi dapat
mengkritisi upaya pengembangan ekonomi lokal.
Dua model yang sederhana dari interaksi wilayah
dikembangkan pada bagian ini. Asumsi pertama bahwa sumberdaya-sumberdaya tidak
dapat berpindah dari suatu wilayah ke wilayah yang lain namun komoditas
dapat. Perpindahan komoditas akan setara
dengan besaran upah. Model yang kedua
dibangun atas dasar asumsi pergerakan sumberdaya secara sempurna. Dalam kasus
ini, pergerakan tenaga kerja akan setara dengan gaji/upah yang diperoleh.
Teori keunggulan komperatif dibangun untuk
menunjukkan bahwa suatu wilayah atau negara dapat mengambil keuntungan dari
perdagangan. Prinsip dari keunggulan komperatif adalah bahwa jika faktor
produksi tidak dapat berpindah antar wilayah, dan setiap lokasi memiliki
spesialisasi komoditas dimana mereka dapat relatif lebih murah dibandingkan
dengan negara lainnya. Biaya relatif
ditunjukkan oleh opportunity cost. Oleh karena itu, suatu negara akan
melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya bilamana
negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-barang yang
dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam memproduksi. Keunggulan komparatif yang diperoleh dari
perdagangan antar negara timbul sebagai akibat dari perbedaan harga relatif
ataupun tenaga kerja dari barang-barang tersebut yang diperdagangkan. Dari segi konsep
teori keunggulan komparatif memperlihatkan adanya gagasan bahwa semua negara-negara
akan beruntung akibat terjadinya perdagangan internasional. Namun yang sama pentingnya adalah adanya
kenyataan bahwa manfaat dari integrasi ekonomi internasional juga ditandai oleh
adanya keterkaitan yang melekat di dalamnya, yaitu: adanya biaya dari
terjadinya perdagangan bebas terhadap barang, jasa-jasa dan aliran kapital yang
menyebabkan pasar internasional terlihat mempunyai kekuasaan lebih besar untuk
mempengaruhi tentang bagaimana cara mengelola ekonomi nasional dan bagaimana
kekayaannya untuk didistribusikan
Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan beberapa pola
perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang
yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan
perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan
komparatif dalam faktor produksi. Basis
dari keunggulan komparatif yang pertama adalah kepemilikan faktor-faktor praoduksi dalam suatu negara, dan yang kedua
adalah didalam produksi yang digunakan apakah tenaga kerja ataukah kapital yang intensif. Perdagangan dan
upah telah memusatkan perhatian untuk menjelaskan dari meningkatnya keterampilan
utama, yaitu: meningkatnya perdagangan dengan negara-negara berkembang dan
terjadinya bias keterampilan dari perubahan teknologi. Bukti tersebut
menunjukkan lebih mengarah kepada satu atau penjelasan lain yang telah dipilih
dengan menggunakan implikasi dari limpahan-limpahan faktor produksi seperti
dalam model Heckscher-Ohlin. Terutama adanya kenyataan bahwa peningkatan keterampilan
telah berlangsung dalam industri-industri sebagaimana diukur oleh meningkatnya ratio-ratio dari
non-produksi kepada produksi tenagakerja.
Migrasi merupakan hasil dari faktor pendorong wilayah asal atau
merupakan daya tarik dari wilayah tujuan. Studi empris menunjukkan bahwa tenaga
kerja cenderung untuk berpindah ke wilayah lain dengan harapan untuk
mendapatkan upah/penghasilan yang lebih tinggi, tetapi upah/penghasilan saja
adalah tidak cukup untuk menjelaskan faktor penentu migrasi. Faktor lainnya
misalnya alasan sosial, promosi pekerjaan, pendidikan, kualitas hidup yang
lebih baik, dan kemajuan suatu wilayah. Model Harris-Todaro menjelaskan, mereka
yang bermigrasi menyadari bahwa upah/penghasilan yang didapatkan pada awal-awal bermigrasi lebih
rendah yang didapatkan, namun penghasilan bersih yang diharapkan selama kurun
waktu tertentu melebihi pendapatan yang akan diperoleh apabila mereka tidak
bermigrasi. Dengan demikian bukanlah
untuk menyamakan tingkat upah, melainkan merupakan kekuatan untuk
menyeimbangkan jumlah pendapatan yang diharapkan. Arus migrasi
sering diukur dengan model gravitasi.
Model gravitasi berasumsi bahwa migarsi diantara wilayah meningkat
seiring dengan pertumbuhan penduduk dan semakin dekatnya jarak kedua wilayah
tersebut. Dasar model ini, penduduk
merepresentasikan faktor dari setiap individu untuk melakukan migrasi, dan
jarak adalah hambatan untuk terjadinya migrasi. Sebuah kritik utama model gravitasi adalah
bahwa model ini kurang baik diterapkan sebab model ini tidak mampu untuk
mencerminkan semua faktor yang berperan terjadinya migrasi. Selain itu kritik
terhadap model ini adalah kurang tepat diterapkan karena jarak saja tidak cukup
untuk dijadikan sebagai kesulitan atau kendala melakukan perjalanan, apalagi pada
era sekarang ini dengan kemajuan transportasi, jarak bukan lagi menjadi kendala
yang berarti.
Upaya pembangunan ekonomi lokal berlangsung dalam suatu ekonomi yang
terbuka. Pada sisi lain jika sumberdaya tidak bergerak (immobile) tetapi komoditas dapat bergerak (mobile), kemudian
wilayah-wilayah akan memperoleh
manfaat dengan memproduksi dan mengekspor produk di mana mereka mempunyai
sebuah keunggulan komperatif. Perdagangan
komoditas dapat merupakan suatu pengganti untuk faktor mobilitas; wilayah-wilayah
akan mengekspor produk yang memerlukan suatu proporsi yang tinggi yang
menyangkut faktor-faktor produksi yang berlimpah. Pada sisi lain, jika sumber daya bergerak
sempurna, mereka akan cenderung untuk
mengalir dari yang rendah kembali kepada yang tinggi.
Kapital biasanya
dipertimbangkan sebagai suatu faktor-faktor produksi bergerak, walaupun ada
banyak pandangan cara mendefinisikan kapital yang bergerak. Untuk menjelaskan berbagai definisi kapital,
ada tiga jenis pergerakan yang dapat dikenali:
pertama, modal uang dapat ditransfer dari satu wilayah ke wilayah yang lain
sebagai alat tukar terhadap barang dan jasa layanan atau untuk invetasi riil di
bidang keuangan, kedua, aset fisik dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnya meskipun untuk banyak hal mobilitas dari aset fisik sangat terbatas,
dan ketiga adalah nilai fisik capital dapat berubah.
Pola terhadap bergeraknya gagasan
dan inovasi akan mempengaruhi pembangunan ekonomi. Inovasi merupakan terapan ekonomi dari sebuah
ide, meskipun menjadi kabur bedanya ketika orang yang sama kedua-duanya adalah
pencipta sekaligus inovator. Bukan hanya penting dalam pertumbuhan ekonomi,
namun pada tingkat di mana inovasi dapat di perbanyak, dimodifikasi, dan
menyebar ke sektor ekonomi lainnya yang akan mempengaruhi kemajuan
ekonomi. Secara spasial inovasi
cenderung dimulai pada awalnya pada wilayah-wilayah metropolitan. Penyebaran dari innovasi terlihat komplek dan
berbeda, tergantung dari proses produksi atau bagaimana produksi
dikembangkan. Secara umum, inovasi
cenderung berkembang dari sepanjang jalur wilayah metropolitan Dari segi jumlah, inovasi di wilayah metropolitan
lebih besar baik di tinjau dari sisi supply
maupun demand. Produksi baru dan prosesnya menyebar dari pusat inovasi ke dalam bentuk
dengan tiga jalan berbeda. Pertama,
kecenderungan untuk konsumen-orientasi dari inovasi bermula dari dari pusat kota ke wilayah
suburban. Kedua, inovasi bergerak
sepanjang yang tampak mudah
diamati. Ketiga, diffusi dari inovasi berawal
dari tempat utama kawasan metropolitan ke tempat yang lebih kecil namun masih
dalam satu kawasan utama yang sama, dapat dijelaskan atau dilihat dari pola
organisasi bisnisnya.
Proses diffusi terjadi dari wilayah metropolitan ke tempat yang
lebih kecil, keduanya menyatu dengan kecenderungan produksi untuk tumbuh dengan
langkah yang cepat dalam siklus kehidupannya.
Wilayah metropolitan cenderung menjadi tempat yang lebih cepat untuk
berproduksi dalam siklus kehidupan dari suatu produksi atau proses. Setelah proses tersebut sudah lebih baik
untuk dipahami dan terbagi ke dalam tahapan yang sistematis atau setelah memiliki
pasar yang mapan terhadap produk yang dihasilkan, lokasi produksi akan bergeser lokasinya dan
terjadi pada wilayah yang lebih kecil.
Aliran sumberdaya antar wilayah
memainkan peranan penting dalam mempertanyakan kebijakan. Pertanyaanya
adalah apakah pekerjaan yang seharusnya perlu bergerak ke area pengangguran
tinggi atau sebaiknya orang-orang perlu bergerak ketempat dimana kesempatan
pekerjaan, modal dan dimana sumberdaya tersebut berada. Andaikan suatu
perubahan dalam alokasi akan menyebabkan suatu peningkatan dalam indeks kegunaan
dari masyarakat, dan suatu penurunan kegunaan dapat terjadi bagi masyarakat
lainnya. Selama pembandingan kegunan antar personal yang menyangkut tingkatan
dari berbagai kondisi para pengguna diantara orang-orang tidak di masukan, maka
kita tidak dapat mengatakan apakah suatu alokasi sumber daya dalam ekonomi
keseluruhan telah bertambah baik atau menjadi lebih buruk. Tetapi jika
sebaliknya setelah terjadi perubahan alokasi tidak mengalami penurunan indeks kegunaanya
dan sekurang-kurangnya indeks kegunaan seseorang meningkat, maka perubahan
tersebut dapat dianggap sebagai suatu perbaikan didalam alokasi sumberdaya
dalam ekonomi.Syahputra, A.