Para ahli ekonomi memahami adanya
hubungan anatara masyarakat dan kenyamanan wuatu wilayah. Hubungan anatara kota
atau wilayah dengan kesempatan ekonomi pembangunan. Pada bagian ini akan
dibahas bagaimana pilihan suatu lokasi perusahaan dapat menentukan formasi
suatu kota yang dihubungkan kedalam dengan jaringan kota. Dimana pemikiran
sistem perkotaan dibangun berdasarkan pada konsep ekonomi. Selain itu pada
bagian ini juga akan dibahas beberapa kecenderungan yang mempengaruhi
pembangunan kota.
Pertama, perintaan suatu produk digambarkan
dalam konteks spasial. Persaingan diantara produsen dipengaruhi oleh ukuran
wilayah pasar. Wilayah pemasaran untuk memasarkan barang dan jasa dalam suatu
kota pada gilirannya menentukan wilayah pinggiran (hinterland) nya. Selanjutnya dijelaskan teori pusat kota (central-place theory), yang menunjukan
bagaimana produsen yang menempatkan wilayah pemasarannya secara terpusat
berkontribusi pada pembangunan sistem kota yang berhirarki. Kemudian dibahas
pula evaluasi mengenai central-place theory. Dan pada bagian akhir dibahas
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menghitung perluasan wilayah
pemasaran dan strategi pengembangan wilayah pingiran (hinterland).
Permintaan dan Wilayah Pemasaran
Wilayah pemasaran adalah suatu
wilayah diamana suatu produk dapat dijual. Pada bagian ini menganalisis sifat
alami dari wilayah pemasaran. Setelah itu, dengan didasarkan pada implikasi
keterbatasan model, asumsi akan dihubungkan dengan pemahaman ketidak teraturan
geografis.
Sifat alami dari wilayah pemasaran
dapat dengan mudah difahami dengan menganalisis permintaan dengan cara spasial.
Analisis permintaan tradisional seringkali digambarkan dalam kurva permintaan
yang ditunjukan dengan jumlah barang yang dibutuhkan dan dapat dibeli konsumen pada
setiap Harga selama periode tertentu. Sedangkan pada ekonomi wilayah dijelaskan
secara jelas dimensi spasial dengan menganalisis bagaimana suatu lokasi
mempengaruhi permintaan suatu produk dengan mempertimbangkan biaya transportasi.
Implikasinya adalah bahwa jarak akan
mempengaruhi skala ekonomi. Perusahaan harus berkemampuan untuk berkompetisi
lebih keras terkait dengan jarak konsumen. Sistem harga akan dibuat dengan
menawarkan harga yang rendah dengan mempertimbangkan jarak. Para ahli
pembangunan harus mangakui bahwa banyak pusat bisnis, seperti pusat-pusat
perbelanjaan, membutuhkan prasarana dalam bersaing untuk mendapatkan konsumen
terutama menyangkut jarak. Sarana jalan dan area parkir yang memadai akan
sangat membantu meningkatkan akses ke pusat perbelanjaan.
Kompetisi Pasar
Perkiraan produsen adalah
keberhasilah dalam perusahaan dan mendapatkan kelebihan pendapatan. (“Kelebihan
pendapatan” adalah pendapatan yang dapat
diperoleh apabila sumber daya dikelola dengan memperbandingkan investasi).
Produsen mungkin akan bertahan pada suatu area pemasaran dan akan punya
kekuatan monopoli pada area pemasaran tersebut.
“Ambang permintaan” dan “jarak”
merupakan konsep yang sangat berguna untuk memahami wilayah pemasaran. Ambang
permintaan adalah jumlah minimal yang harus terjual oleh produsen untuk
mendapatkan batas pendapatan normal. Sedangkan “jarak terluar ideal” dari suatu
barang adalah jarak maksimum yang mampu dijelajahi oleh individu untuk membeli
barang tersebut dengan pertimbangan kemungkinan biaya perjalanan termurah.
Jarak terluar ini merupakan wilayah dimana suatu perusahaan mampu melakukan
kegitan usaha.
Terdapat tiga faktor utama yang menentukan
ukuran wilayah pemasaran dari suatu produk, yaitu:
1. Skala ekonomi. Apabila skala ekonomi
signifikan, maka produsen akan dapat menutup kerugian yang diakibatkan oleh
seluruh atau sebagian biaya transportasi untuk melayani wilayah pemasaran
terjauh.
2. Total jumlah permintaan. Merupakan
jumlah permintaan per-unit pada suatu wilayah atau jumlah permintaan perorang
dalam suatu waktu tertentu dalam suatu populasi.
3. Biaya transportasi, meskipun seringkali
memiliki pengertian yang bias. Disatu sisi, apabila skala ekonomi eksis dan
biaya transportasi diabaikan suatu produk dapat dilayani lebih murah
dimana-mana, termasuk kedaerah pinggiran sekalipun. Kemudian penurunan biaya
transportasi dapat dihilangkan dengan memperluas wilayah pemasaran. Disisi
lain, apabila perwakilan perusahaan di daerah dapat menimbulkan peningkatan
biaya transportasi, maka penurunan biaya dalat dilakukan dengan menambah
perusahaan. Pada kasus ini, kombinasi peningkatan ongkos produksi dapat
menggantikan biaya trasportasi meskipun hal ini dapat meningkatkan harga jual
per unit.
Sistem dan Hierarki Perkotaan
Pada bagian ini akan dijelaskan,
bagaimana overlap area pusat pemasaran beberapa produk dapat membangun kota dan
pola perdagangan diantara kota. Kota dapat memiliki bentuk, beberapa kota dapat
berbentuk kota kecil karena hanya ada beberapa jenis produk tertentu dengan
kategori ekonomi skala kecil. Sedangkan kota besar menjadi tempat beragam
produsen. Kekuatan ekonomi dapat meningkatkan ukuran kota, distribusi spasial,
dan hubungan antar dan didalam kota.
Untuk memahami perkembangan ukuran
kota, penting untuk memahami keunggulan ekonomi dapat tumbuh ketika dua atau
lebih produsen berada pada lokasi yang sama. Istilah ini sering disebut
aglomerasi, produsen melakukan kegiatan bersama pada suatu lokasi tertentu.
Contohnya termasuk memiliki tempat parkir bersama diantara beberpa produsesn
retail. Sistem transportasi dan hambatan geografis dapat dihilangkan dengan
membuat wilayah produksi bersama. Lebih jauh produsen dengan wilayah pemasaran
kecil akan berada ditempat yang sama, begitu pula produsen yang menyediakan
wilayah pemasaran yang luas akan berada pada tempat yang sama.
Hierarki pusat kota adalah hasil dari
pembagian lokasi bersama tadi. Beberapa kota akan menjadi tempat beberpa
produsen dengan wilayah pemasaran kecil. Pusat kota kedua, akan menyediakan pelayanan
produk yang memiliki area lebih luas. Dan ini seterusnya berkembang secara
berhierarki. Dalam hal ini terdapat keteraturan
dalam sistem kota sebagaimana keteraturan dalam fungsi kota. Jumlah
populasi penduduk dapat pula dipahami dalam kerangka kerja model central-place
dengan asumsi bahwa populasi di suatu wilayah merupakan fungsi dari pekerja,
pekerja mengendalikan output, yang juga menentukan pemasaran yang bisa dilayani oleh pusat kota.
Model pusat kota dapat juga digunakan
untuk menjelaskan perkembangan sistem perkotaan. Karena sistem perkotaan
didasarkan pada sistem pemasaran, dengan faktor yang sama area pemasaran dapat
menjadi penyebab perubahan pada kota-kota pinggiran. Kemudian, perubahan pada
biaya produksi, skala ekonomi-produksi, dan jumlah permintaan (perkapita yang
dibutuhkan dan jumlah populasi) penting pengaruhnya p-ada hierarki perkotaan.
Secara umum apabila area pemasaran
sudah meluas maka aktivitas ekonomi akan bergeser ke pusat kota yang dibawahnhya.
Efeknya adalah dominasi pusat kota yang lebih tinggi akan melemah. Ketika satu
atau beberapa fungsi terdapat di level pusat kota yang berbeda dalam suatu
hierarki kota akan berdampak pada fungsi
ekonomi kota tersebut. Apabila aktivitas perekonomian dalam satu lokasi berubah
(naik atau turun) maka beberapa kategori di pusat kota tersebut akan
menghilang.
Stabilitas kota dalam hirarki
perkotaan mungkin dapat dijelaskan dengan membuat jaringan yang saling
bergantung (interdependensi). Pertama, hubungan kota atau daerah harus dibuat,
hal ini akan menularkan pertumbuhan dari satu kota ke kota lainnya. Kota
terendah dalam hierarki ini akan tumbuh, dan kesempatan untuk tumbuh dalam
hubungan kota di dalam hirarki akan terbentuk.
Evaluasi Pendekatan Pusat Kota
Dari penjelasan sebelumnya model
pusat kota dapat digeneralisasikan:
1. Terdapat beberapa kelas kota sebagai
dalam konteks ukuran pemasaran
2. Kota
pada satu orde (hirarki) yang sama memiliki daerah pinggiran yang
seimbang, menyediakan pelayanan yang sama, dan memiliki kesamaan ukuran
populasi.
3. Kota dengan hirarki tertinggi mampu menyediakan segala jenis barang
(kebutuhan), dan pelayanan yang disediakan oleh kota di bawahnya, termasuk
fungsi produksi yang yang diberikan kota lainya.
4. Kota-kota yang lebih kecil dengan
daerah pinggiran terkecil lebih banyak dan lebih berdekatan dibandingkan
kota-kota besar.
5. Pusat kota dari beberpa kelas kota
akan memiliki jarak yg relatif sama atara satu dengan yang lainya.
6. Penduduk yang berada pada kota pada
hirarki bawah akan mendapatkan barang dan jasa dari kota yang hirarkinya lebih
tinggi.
Teori pusat kota menjelaskan lebih
baik tingkatan wilayah dengan simetri snowflakelike
meskipun tidak hidup dalam kenyataan. Pada bagian berikut akan menjelaskan
mengapa pola yang dijelaskan dalam teori pusat kota tidak cocok dengan
kenyataan.
1. Perbedaan spasial dalam biaya
produkasi
Beberapa produsesn yang memiliki wilayah pemasaran yang luas
akan mengoperasikan keuntungannya dengan dibangun di kota-kota kecil disebabkan
oleh biaya tenaga kerja yang rendah, akses kepada bahan baku, dsb.
Menurut Richadson (1978) Teori pusat kota lebih dapat
diaplikasikan pada aktivitas yang berorientasi pasar dalam suatu lokasi
dibandingkan dengan aktivitas yang sarat dengan biaya.
Selain itu suatu perusahaan muangkin akan berkembang dan
menjadi pada satu tempat, meskipun pada situasi yang sama dalam hirarki kota
2. Variasi biaya transportasi
Dalam model pusat kota
didalamnya termasuk asumsi bahwa biaya transportasi adalah sama untuk jalur
yang sama. Pada kenyataanya, biaya pemindahan lebih murah pada rute yang sudah tetap
dan perluasan area pemasaran sangat bergantung pada rute transportasi yang
dipengaruhi oleh kondisi geograpisnya. Sebagai contoh wilayah daerah pinggiran
kota yang bertipologi pegunungan akan memakan biaya transportasi lebih mahal.
Oleh karena itu sistem perkotaan aktual
tidak selamanya merefleksikan pola ideal model pusat kota.
3. Penyerapan harga jual dan
diskriminasi harga
Para penjual mungkin akan menyerap beberapa trasfer biaya
untuk pengembangan wilayah pemasarannya, atau dapat membuat harga yang berbeda
bergantung pada jarak kepada konsumennya. Misalnya konsumen yang terdekat
mungkin akan mendapatkan harga lebih murah dibanding konumen yang jaraknya jauh
dari tempat produksi.
4. Faktor kelembagaan
Beberapa faktor yang sifatnya politis dapat berpengaruh pada sistem jaringan perkotaan. Misalnya
minuman keras bisa saja tidak ada karena alasan hukum atau karena pajak yang
sangat tinggi, tetapi boleh jadi banyak toko yang sama ditemukan dalam satu wilayah
yang sama.
5. Deferensiasi produk
Pada model pusat kota, suatu produk diasumsikan sama dan
sejenis sdehingga konsumen bisa membeli nproduk dengan harga termurah. Meskipun
demikian, jika para konsumen memiliki preferensi terhadap suatu produk tertentu
maka harga adalah bukan masalah untuk mendapatkan suatu barang.
6. Lokasi Perumahan dan ngelaju (commuting)
Teori pusat kota menyarankan bahwa pusat produksi yang besar akan berada
pada kota-kota besar, dan asumsinya rang akan berada di tempat mereka bekerja.
Kenyataanya kota dapat tumbuh disatu sisi, tetapi tidak berhubungan dengan
pekerja karena para pekerja dapat ngelaju (commuting).
Mengukur Pengaruh Suatu Wilayah
Konsep wilayah pemasaran dan wilayah
pinggiran memiliki kemiripan. Wilayah
pemasaran mengacu kepada suatu wilayah diaman suatu produk
dipasarkan/dijual. Ukuran aera pemasaran tetu saja bergantung kepada produk.
Sedangkan pusat dari wilayah pinggiran mengacu kepada suatu tempat yang mendadi
pusat kota. Kota-kota yang dekat dengan pusat kota akan dilayani dan
dipengaruhi dari pusat kota.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur
jarak pusat kota diantaranya teknik survey, gravitasi pemasaran (retail
gravitation), dan model probabilistik. Teknik survey dapat digunakan untuk
mengukur proporsi konsumen dalam berbelanja ke pusat kota, kemampuan konsumen
untuk bisa mengguanakn transportasi pada suatu area perbelanjaan, dll.
Gravitasi pemasaran dapat digunakan
untuk menjelaskan jangkauan pada kota-kot.a pinggiran dan menestimasi aliran
lalu-lintas diantara beragam titik. Model ini merupakan teknik modern dalam
mengukur pengaruh dalam satu wilayah. Dan terakhir model probalistik, pada model
ini merupakan pengembangan dari model sebelumnya yang memiliki kelemahan pada
perilaku konsumen. Pada model ini dapat menentukan pengaruh tempat pembelanjaan
dalam wilayah metropolitan, dengan menukur individu dalam suatu wilayah dapat
berbelanja ke pusat kota.
Staregi Pengembangan Wilayah Pinggiran
Pengaruh wilayah kota adalah bersifat
elastis. Pengembangan wilayah pinggiran secara teoritis dapat dilakukan dengan
melakukan pengembangan prasarana tranportasi dan meningkatkan beragam cara yang
mampu di pasarkan. Bedasarkan hal tersebut maka para pembuat kebijakan harus
mengembangkan jalur yang digunakan oleh konsumen untuk melakukan aktivitas
ekonomi, termasuk beragam tempat-tempat perbelanjaan. Pendekatan lain, adalah dengan melihat persepsi konsumen terhadap jarak dan
dengan mengamati waktu-waktu berpergian para konsumen. Setiawan, T.